Sabtu, 30 April 2011

kebahagiaan

Yang Membedakan Daniel Gilbert Dengan Imam Ghazali

Rabu, 27/04/2011 12:42 WIB | www.eramuslim.com

Ada unsur yang menjadi pembeda antara Barat dan Islam, tidak lain adalah cara pandang tentang sesuatu (world view). Barat sangat menjunjung rasio dan spekulasi filosofis, sedangkan Islam berazaskan wahyu, hadits yang dikombinasikan dengan akal, pengalaman serta intuisi.
Pandangan Barat sangat dikotomis, selalu berubah dan terbuka ruang untuk dikritisi sedangkan ajaran Islam bersifat otentik dan final. Tak heran, apabila dalam mengkaji suatu masalah, ide-ide Barat hanya menyentuh hal-hal yang bersifat empiris, tidak menerobos sampai ke relung-relung metafisis. Termasuk pada topik kajian yang mengupas tentang ’makna bahagia’.
Apakah sesungguhnya arti bahagia? Bagi Leo Nikolaevich Tolstoy, seorang filsuf dan novelis Rusia, itu cukup ditulis lewat kata-kata bijak: ‘Jika anda ingin berbahagia, maka berbahagialah’.
Namun problematikannya adalah kita tidak tahu tolok ukur kebahagiaan yang dirasakan setiap orang. Lantaran semua orang mempunyai batasan sendiri tergantung pada situasi, kondisi dan cara masing-masing dalam mendifinisikannya.
Adalah Daniel Gilbert, seorang pakar psikologi di Harvard University. Ia sering mendapat penghargaan baik dalam bidang pengajaran maupun penelitian dalam disiplin ilmunya. Dalam buku ‘Stumbling On Happiness’, ia menulis kiat khusus agar kita menjadi insan yang berbahagia.
Dan sebenarnya tak sepadan bila dibandingkan dengan magnum opusnya Imam Ghazali: Alchemy Of Happiness ( Kimmiyah Al Sa’adah ). Kimia ruhani yang mentransformasi kehidupan layaknya proses kimiawi yang mengubah logam biasa menjadi logam mulia.
Khazanah ilahiah tersebut terkandung dalam hati para nabi. Dari dua buah buku ini kita semakin mudah membandingkan antara world view Barat dan Islam. Pandangan dunia Barat selalu bermuara pada hal-hal yang relatif, tentu saja jauh berbeda dengan perspektif Islam yang mengupas materi sampai ke akar masalah, dan akhirnya berlabuh pada sesuatu yang absolut: sang khaliq.
Gilbert merumuskan bahwa arti kebahagiaan adalah pengalaman subyektif yang sulit dijabarkan bahkan oleh diri kita sendiri. Apalagi sampai memprediksi kebahagiaan masa depan sebagai sebuah persoalan yang teramat pelik yang tak terpecahkan. Untuk membayangkan masa depan yang akan terjadi, kita mengandalkan otak.
Di dalam otak beribu-ribu informasi bisa terekam, namun kemampuan otak ada batasnya, bahkan terkadang otak sering menghilangkan memori yang tersimpan meski terkadang penting bagi kita. Hal ini mengakibatkan kita kehilangan detil informasi. Akhirnya cenderung menerima informasi dari luar otak tanpa reserve.
Padahal kita mengharapkan kebahagiaan masa depan akan terealisasi seperti yang diidamkan. Akhirnya imajinasi yang muncul merefleksikan sesuatu yang sangat paradoks. Perlu diingat, imajinasi tidak dapat menembus batas masa sekarang. Hal ini lebih disebabkan kita sering membayangkan masa depan seiring dengan asumsi yang terjadi pada saat ini.
Jadi kuncinya kita musti cerdas antara mengatur persepsi dan imajinasi. Pada dasarnya, kita sering membayangkan masa depan adalah masa sekarang yang telah dipoles dengan pernik-pernik manfaat dan hal-hal yang lebih baik.
Untuk menganalisa masalah ini diperlukan pengalaman. Harus dipahami, pengalaman sering memiliki makna ganda yang bisa diinterpretasikan dengan cara berbeda, kendati sebagian lebih positif dibanding yang lain.
Tahukah anda bahwa otak kita juga merekam sesuatu yang kasat mata. Kolaborasi antara otak dan mata memungkinkan terjadi keseimbangan antara realitas dan ilusi di luar kesadaran. Hal ini menyebabkan pandangan kita terhadap kebahagiaan masa depan bisa keliru. Bila pandangan saat ini masih bisa dikoreksi dengan kacamata masa silam, pandangan masa depan tak bisa dikoreksi dengan apapun.
Kendati demikian ada satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan cara berlatih yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Aspek paling efektif adalah belajar dari pengalaman, termasuk pengalaman emosional orang lain, kendati sering kita acuhkan. Walau begitu, hasilnya terkadang tak seperti yang kita harapkan.
Dan akhirnya satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa: kebahagiaan kita ada di tangan kita sendiri. Ada sebuah formula sederhana yakni menentukan masa depan dengan kemampuan meramal.
Tetapi harus diingat, meramal sering membuat kita melamunkan sesuatu yang sangat diidamkan, hingga melambung dan kenyatannya tidak semanis yang kita dambakan. Jadi sejatinya, tak ada rumus sederhana untuk memformulasikan makna kebahagiaan.
Secara detil Daniel Gilbert telah memaparkan argumennya. Sampai pada kesimpulan bahwa kebahagiaan itu sungguh sangat relatif. Dan semua orang bisa mendefinisikan dan mengaktualisasikan sesuai dengan caranya sendiri.
Sungguh ironis, bila kita bandingkan dengan pandangan Islam, konsep kimia kebahagiaan yang ditulis sang Hujattul Islam dalam risalahnya Perlu disadari, kebahagiaan sejati diperoleh melalui empat elemen: mengenal diri, mengenal Allah, dunia serta akhirat. Andai kita tak bisa mengenal diri, amatlah muskil kita bisa mengenal hal-hal lain.
Sejatinya, apakah kita termasuk kategori hewan, setan atau malaikat ? Hewan hanya memuaskan nafsu, makan, tidur dan berkelahi. Sedang setan sibuk mengobarkan tipu daya, kejahatan serta kesesatan. Malaikat senantiasa merenungkan keindahan Allah terbebas dari sifat hewani. Perlu disadari diri kita terbagi atas jazad sebagai bentuk luar dan hati atau ruh manifestasi bentuk dalam.
Berbeda dengan Gilbert, Al-Ghazzali menguraikan upaya perjuangan batin dalam mengenal diri yakni melihat jazad ibarat kerajaan, jiwa laksana raja dan indera bagai tentara, sedang akal merupakan perdana menterinya, syahwat sebagai pemungut pajak dan amarah ibarat polisi.
Syahwat selalu ingin merampas demi kepentingannya, amarah cenderung keras dan kasar, maka keduanya harus ditempatkan di bawah raja cerminan jiwa. Bila syahwat dan amarah menguasai nalar bisa dipastikan jiwa akan runtuh. Bila jiwa memberikan aspek rendah menguasai yang lebih tinggi diibaratkan seorang muslim menyerahkan diri kepada raja kafir yang zalim.
Akal berlimpah dengan pengetahuan dan kekuatan sehingga akan bisa menguasai sains dan seni. Lewat konsep kimia kebahagiaan, manusia berusaha menaikkan maqamnya dari tingkatan hewan menjadi malaikat. Manusia sebagai makhluk unggul harus sadar akan ketakberdayaannya, ini akan menjadi kunci pembuka untuk mengenal Allah.
Hadits Nabi Muhammad saw: Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Allah.
Dengan merenungkan sifat dan wujud-Nya manusia akan sampai pada pemahaman sebagian pengetahuan tentang Allah. Lebih daripada itu dengan mengenali penciptaan diri akan memberi pemahaman akan keberadaan Allah. Cinta merupakan benih kebahagiaan, sedang cinta pada Allah bisa dikembangkan lewat jalan ibadah.

Dunia adalah tempat persinggahan para musafir dalam perjalanan ke tempat lain. Selama hidup di dunia manusia harus melindungi dan memelihara jiwanya serta merawat dan mengembangkan jazadnya. Melalui cinta pada Allah serta pengetahuan, jiwa akan terpelihara dan akan hancur bila mencintai selain-Nya.
Sedangkan jasad merupakan kuda tunggangan bagi jiwa yang nantinya musnah. Penting diwaspadai dunia cenderung menipu dan memperdayai manusia. Nabi Isa as menggambarkan dunia ibarat wanita tua yang buruk rupa. Walau begitu terdapat beberapa hal yang bisa dibawa seseorang dari dunia sebagai bekal ke alam akhirat yakni ilmu dan amal shaleh.
Bila kita beriman terhadap Al-Qur’an dan Hadits tentu saja tidak akan menafikan konsep nikmat surga dan siksa neraka. Sesungguhnya persoalan utama manusia di dunia adalah menyiapkan diri untuk kehidupan di akhirat kelak. Nalar mengajarkan bahwa akhirat itu ada dengan mempertimbangkan akibat yang terjadi. Keselamatan dunia akhirat terwujud bagi yang menjalankan ajaran Allah.
Sungguh sangat merugi bila menukar kebahagiaan abadi dengan dunia. Sementara yang kita miliki di dunia adalah bagian kecil dan kotor. Akhirat adalah dunia ruh yang merupakan pengejawantahan dari keindahan Allah. Sedang kebahagiaan hanya diberikan pada orang yang menggapainya dan tertarik padanya, yang tercurahkan dalam zuhud, ibadah dan perenungan.
Ketertarikan pada kebahagiaan ukhrawi tak akan dirasakan oleh orang yang bergelimang dosa dan syahwat duniawi. Dan Allah menjanjikan barang siapa mencari dunia hanya akan mendapat dunia, sedang bagi yang mencari akhirat akan mendapatkan dunia dan akhirat.
Dari paparan di atas tergambar jelas kebahagiaan sejati akan kita raih bila senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kebahagiaan yang digapai bukan hanya duniawi semata melainkan kebahagiaan yang lebih esensial: kebahagiaan di akhirat nanti.
Islam adalah sebuah agama yang paling lengkap dan final, mengatur kehidupan dunia dan akhirat. Allah telah menciptakan manusia serta melengkapinya dengan akal yang berlimpah dengan pengetahuan dan kebijaksanaan. Nah! Tugas kita mendayagunakannya untuk meraih kesucian batin yang didambakan setiap insan demi menggapai kebahagiaan hakiki.
Alhasil, manakah yang akan menjadi pilihan kita ? Argumen kebahagiaan duniawi ala Daniel Gilbert atau konsep kebahagiaan dunia-akhirat versi Imam Ghazzali ? Wallahu a’lam bi shawab (tri/pz/kazi)

Kamis, 28 April 2011

KH. Kholil Ridwan : Wamakaru Wamakarullah, Wallahu Khairul Maakirin

Kamis, 28/04/2011 15:55 WIB | email | print

KH. Kholil Ridwan, Wakil Ketua MUI, dan Penasehat DDII Pusat, memberikan pandangan-pandangannya seputar kejadian akhir-akhir ini, seperti bom bunuh diri, bom buku, dan NII. Di bawah ini petikan wawancaranya :
Eramuslim : Apa komentar ustadz dengan kejadian yang ada sekarang (terror bom) dan lainnya?
KH. Kholil Ridwan : Kita ambil hikmahnya. Seperti dalam AlQur’an dikatakan tiada sesuatu
yang terjadi di luar kehendak Allah. Termasuk bom-bom ini. Karena ini tidak mungkin di luar kehendak Allah, kita berfikir positif mencari hikmahnya. Justru dengan tuduhan-tuduhan seperti ini Islam akan tampil utuh, bangkit seperti di Timur Tengah.
"Wamakaru wamakarulloh Wallahu khoirul maakiriin." Umat Islam gak usah kecil hati karena di belakang kita ada Allah, "Intansurullah yansurkum"… Adanya bom buku, bom Serpong, pernyataan pesantren itu teroris ini adalah kenyataan pahit buat umat, yang penting jangan sampai umat ini terprovokasi oleh perang opini ini yang dimenangkan oleh mereka.
Perang opini antara terorisme dengan mujahidin, terorisme dengan jihad. Sekarang
jihad itu diidentikan dengan teroris. Padahal hakikatnya terorisme itu adalah apa yang dilakukan oleh Israel. Ini hanya akibat dari kelakuan Israel sebagai sumber masalah. Mereka menyerang Palestina, Iraq, Libya, Afganistan. Itu teroris. Mana ada demokrasi dan HAM pada mereka.
Ham mereka langgar sendiri. Kenyataan pahit ini memang harus kita terima tanpa harus merubah keyakinan bahwa Islam yang benar dan harus ditegakkan serta menegakkan Islam berarti akan mendapat pertolongan Allah. Jangan sampai kita ikut larut dengan arus opini yang menyesatkan. Sehingga ada yang ikut-ikutan mengatakan Islam tidak mengenal kekerasan, Islam harus sejuk, harus damai.
Eramuslim : Itu salah juga ya Ustadz?
KH. Kholil Ridwan : Iya dong.
Eramuslim : Sekarang kita digiring ke situ
KH. Kholil Ridwan : Itu, itu kerugian kita. Jangan sampai umat Islam ngomong kaya gitu. Kalau gak ngerti diam saja
Eramuslim : Yang ngomong petinggi-petinggi Islam juga
KH. Kholil Ridwan : Ya, itu artinya Allah ingin memperlihatkan siapa yang mukmin sejati siapa mukmin yang sekedar namanya Islam. Tadinya kita gak tahu, tapi dengan komentarnya itu umat jadi tahu. (beliau mengutip QS9:24).
Sementara pemimpin Islam yang belum tentu mukmin ini terbawa oleh zukhrufal Qoul(kalimat-kalimat yang indah). Mereka memahami Islam yang rahmatan lil’alamin diartikan Islam tidak mengenal kekerasan, semua agama mengajarkan kebaikan, itu zukhrufal qoul. Sekarang memang Islam terpojok, tapi tetap yang benar itu Islam, kita harus komit dan istiqomah.
Eramuslim : Jadi, dengan aksi teroris ini ada hikmahnya bagi Islam?
KH. Kholil Ridwan : Ya, salah satu hikmahnya umat Islam itu jadi ngerti yang namanya jihad. Bahwa jihad berbeda dengan teroris. Sehingga umat islam mau belajar tentang
jihad yang benar menurut Islam. MUI juga bikin buku tentang Jihad.
Eramuslim : Bagaimana peran ulama agar umat tidak salah paham tentang jihad?
KH. Kholil Ridwan: Memang ulama dalam artian lembaga seperti MUI yang ada dari pusat sampai kecamatan, tapi MUI tidak berfungsi optimal untuk menerangkan jihad itu apa
pada umat? Tapi MUI sudah berbuat untuk ikut aktif dalam lembaga penanggulangan bahaya terorisme dan ketuanya dari MUI.
Eramuslim : Lembaganya masih ada?
KH. Kholil Ridwan : Tidak pernah dibubarkan tapi tidak aktif lagi, karena anggarannya sudah tidak ada lagi. Kegiatan lembaga tersebut fungsinya memberiakn penerangan
kepada umat tentang pemahaman jihad yang benar menurut Islam. Bahwa jihad itu tidak bisa fardiyah(pribadi), jihad itu harus ada komandonya dari pemerintah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Eramuslim : Ada kemungkinan isu teroris ini adalah proyek?
KH. Kholil Ridwan: Kalau yang namanya operasi intelijen itu tidak ada jawaban yang absolute, mungkin ya, mungkin tidak. Jadi kalau analisis bisa saja itu rekayasa intelijen. Intelijennya tidak harus dari Indonesia, bisa intelijen asing. Dibikin proyek, proyek bom buku, bom Serpong, bom Cirebon.
Targetnya, Bahwa di Indonesia terorisme berkembang, susah dideteksi, maka harus lahir UU anti terror/Intelijen. Tapi ini analisis, mungkin salah. Umat Islam harus sabar, jangan melanggar hukum. (MZS)
 
 
 

Kamis, 21 April 2011

Antara SBY, M Syarief, dan KAMU


Entah takdir apakah yang telah membentuk seorang M.Syarief sang bomber polresta cirebon. Entah takdir apa yang telah membentuk seorang Hanung Bramantyo sang sutradara liberal. Entah takdir apa yang telah membentuk seorang Obama, Abu bakar ba’asyir, SBY, JUPE, Aku dan kamu juga mereka. Betapa kehidupan telah memainkan peranannya sedemikian rupa.
Apakah manusia berkuasa menentukan nasibnya sendiri? Ataukah manusia hanya berenang-renang dialiran takdir yang telah ditentukan baginya? Bila hati dan usaha manusia berperan dalam mengubah takdir, maka takdir yang manakah yang dapatdiubahnya? Sepanjang masa akan tetap terjadi silang pendapat atas hal ini. Namun yang aku yakini adalah bahwa ada takdir yang dapat dipengaruhi manusia baik dengan doa, kata-kata, dan apapun. Ini layaknya fungsi IF. Kalau kau berbuat A maka hasilnya A’ atau tetap A, atau bahkan Z. Rahasianya takdir, manusia tak tahu akan hasil usahanya, tidak tahu akan masa depannya. Maka lahirlah peribahasa, manusia berencanadan berusaha  tapi tuhanlah yang menentukan.
Ada pula takdir besar yang menyangkut semesta yang kiranya telah ditentukan untuk tak dapat diutak atik mahluk. Seperti misalnya kiamat, bencana besar, kedatangan para nabi, kedatangan dajjal, kedatangan berbagai tanda akhir zaman, ataupun tentang tahapan peradaban umat islam yang ternyata telah ditentukan mulai awal hingga akhirnya. Tapi bukan sekarang aku berceloteh tentang takdir besar. Aku hanya mau bicara soal M Syarief, Obama, SBY, Ba’asyir, mang Udel, Nyi Enok, Neng Tika Geulis, dan sakabeh dulur.
Takdir apakah yang telah membentuk tiap pribadi manusia. Apa yang membuat mereka menjadi pribadi seperti sekarang. Bila mau ditilik secara mendalam, selalu ada torehan takdir yang berpengaruh dalam diri tiap orang. Stephen R Covey dalam bukunya yang seven habits itu sangat bagus menerangkan soal berbagai latar belakang yang akan mempengaruhi respon terhadap stimulus yang terjadi dalam hidup.  Covey  menerangkan bahwa ada ruang antara stimulus dan respon yang memberikan manusia ruang untuk PROAKTIF menentukan tindakan terbaiknya. STIMULUSàRUANG JIWA UNTUK MEMILIH RESPONàRESPON. Hal itu benar. Tetapi bukankah karena takdir/stimulus tiap orang berbeda, maka tentu besar kemungkinan tindakan PROAKTIFnya pun berbeda dan hasilnya respon terbaiknya pun berbeda2. Pemikiran Covey tak sepenuhnya benar kalau memandang tindakan proaktif tiap orang akan menghasilkan respon terbaik yang serupa.
Just if,..Bagaimana seandainya M.Syarif ditakdirkan  terlahir dari keluarga yang berbeda. Dibesarkan dilingkungan berbeda. Bertemu dnegan orang-orang yang berbeda, dsb. Apa yang akan terjadi? Besar kemungkinan jalan hidupnya akan berbeda dan dia bukan M Syarief lagi. Atau bagaimana seandainya pak Beye sepuluh tahun yang lalu hanyalah pemulung kertas yang anak istrinya terpaksa hidup dibawah rumah kardus yang setiap hujan besar harus berganti kardus. Setiap hari mendapatkan uang hanya cukup untuk hidup sehari saja. Jangankan menyekolahkan anak ke sekolah favorit, bermimpi sekolah pun tidak berani. Tidak berani berharap. Karena harapan yang tak kesampaian bagai cambuk kehidupan. Sepertinya pak beye tak akan seperti sekarang. Dan tentu saja dia bukan pak beye.
Bagaimana jika engkau terlahir dari seorang psk. Bagaimana jika engkau ditakdirkan lemah pikiran. Bagaimana jika engkau ditakdirkan terlahir dari keluarga yang agamanya berbeda darimu saat ini. Bagaimana jika kau terlahir di USA, UK, Rusia, atau Saudi dan Libya. Bagaimana dan sungguh terlalu banyak bagaimana dan bagaimana seandainya.
Atau misalkan, hari ini kau ditakdirkan bisa tertawakan orang-orang idiot dari SLB. Bagaimana seandainya besok kau ditakdirkan celaka dan otakmu cedera sehingga tak mampu berpikir sedikitpun. Then,You are a bloody idiot. Atau misalkan hari ini kau ditakdirkan ini, bagaimana kau besok takdirmu itu.
Atau lagi,kau dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga muhammadiah. Atau lagi, kau dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga NU. Atau lagi, dari ormas dan agama lain.
Inilah maksudku, pahamilah keadaan orang lain. Tak semua keadaan mereka saat ini sebagai pilihan mutlak dari dirinya sendiri. Berapa banyaknya adalah efek takdir2 yg telah ditentukan Allah bagi mereka. Melangkah berinteraksi dengan siapapun yang bermula dari empati insyaallah akan menghasilkan lebih banyak kebaikan. Kebaikan dalam dakwah, kebaikan dalam jihad fi sabilillah, kebaikan dalam perjuangan menegakkan syariat allah di segala negeri, kebaikan dalam keimananmu sendiri terhadap allah swt.
Jangan mudah membenci meskipun kau sendiri dibenci mereka. Jangan mudah menghakimi meskipun kau sendiri menjadi bulan bulanan dihakimi mereka. Jangan mudah mengeksekusi meskipun kau sendiri dikejar-kejar untuk dieksekusi.
Rahmat allah tak datang bersama kebencian. Dakwah kita, jihad kita, janggut kita, hijab kita, senyum kita semuanya karena rahmah yang terjauh dari kebencian.

Senin, 18 April 2011

celoteh ikan teri


Ngoceh saja
Dalam suatu hadist yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim ada kisah tentang seorang pelacur dimasa  lampau yang bertemu dengan seekor anjing yg hampir mati kehausan. Ia merasakan iba lalu berusaha memberinya air minum dengan cara menuruni sumur dan menceduk air dengan sepatunya. Singkat cerita, pelacur tersebut diampuni dosanya dan dimasukkan allah ke dalam surga karena perbuatannya tersebut. Pada hadist yang laennya, ada kisah pula soal seorang ahli ibadah yang kemudian masuk neraka karena menyiksa kucing dngan cara mengurung dan tak memberinya makan hinga mati kelaparan.
Saudara2ku, .........pada akhirnya semua orang akan menghadapi beratnya haari perhitungan dimana semua mua tntang diri kita akan ditinjau secara rinci. Besar kemungkinan banyak dari manusia yang tersilap daripada apa yang ada dalam dirinya. Sehingga bisa jadi ia tak sadar dengan dosa, kkejian, kelaliman, dan aneka penganiayaan terhadap diri sendiri.
Saudara2ku,.........antara kau dan mereka dengan berbagai taraf keimanan dan kesadaran yang berbeda sama-sama akan menghadapi penghisaban. Kau tak tahu siapa yang akan dinaungi. Kau tak tahu siapa pribadi yahg akan tenggelam dalam ketringatnya sendiri.
Saudara2ku,.........kau tak bisa berkilah bahwa kau yang paling lurus dalam beragama. Tentu saja, kita harus berusaha selurus2nya. Namun semua itu hanyaklah PENDEKATAN. Kalaulah kelurusan itu adalah kepastian yang mudah disepakati niscaya para sahabat pasca meninggalnya rasulullah saw tak akan ada satupun yang saling bertikai satu sama lain. Niscaya pula para ulama ahli Qur’an dan Hadist akan berada dikelomppok yang sama dan jauh dari perbedaan pendapat. Niscaya pula umat islam tak akan terpecah menjadi 73 golongan dimana hanya satu golongan yang selamat. Fatalnya kini semuanya mengaku sebagai golongan yang selamat tersebut dan menganggap golongan lain sebgai golongan yang 72(tidak selamat).
Saudara2ku,........Perpecahan ternyata adalah kepastian. Prbedaan telah menjadi sunatullah. Doa rasulullah saw agar umat ini dipersatukan, tidak saling bertengkar adalah diantara doa beliau  yang tak dikabulkan allah swt. Lalu kegolongan manakah kita berlabuh dan menjadi bagian?pilih mana saja dengan syarat menjadikan rahmat sebagai sebagian prinsip dalam bertindak. Dan Bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari agama ini agar kita dapat meyakini sesuatu hal terkait agama ini dengan dalil yang haqul yakin, meskipun tetap saja akan terjadi perbantahan. Kata Bondan Prakoso,...Ya sudahlah.
Kawan dan lawan adalah realita dunia. Sebisa-bisanya kita berusaha, akhirnya kita adalah kawan dari sesuatu dan lawan dari sesuatu yang lain. Begitu pula orang lain. Pastinya sebagian akan menjadi kawan dan sebagian akan menjadi lawan bagi diri kita.
 Tahukah kamu bahwa sesungguhnya kehidupan dunia dan akhirat punya parameter eksistensi yang berbeda?Di dunia ini, eksistensi manusia ditentukan oleh kekuatan dirinya, kekuatan kelompoknya, atau juga kekuatan negaranya. Sama sekali bukan ditentukan perkara kebenaran. Kalupun ada, manusia hanya menjadikan kebenaran sebagai topeng bagi eksistensi kekuatan dirinya. Sama saja antara anak manusia dengan anak-anak binatang lainnya. Yang terkuat dan mungkin beruntunglah yang akan bertahan dan berkuasa. Sisanya mati.lihat saja di discovery channel.
Kalu di akhirat, eksistensi manusia ditentukan dnegan kebenarn yg tentu saja para meternya dibuat oleh penguasa akhirat yakni allah swt. Pendkatan kebenaran itu sendiri tak lain adalah selurus apa antara kita dnegan tuntunanNya yang telah ditetapkan dalam al islam. Penentu keselamatn manusia diakhirat ditentukan dengan setepat apa antara kita dan tuntunan  tersebut. Dan sama sekali bukan ditentukan dengan sebesar apa kekuatan manusia selama hidupnya didunia ini.
Azis bilang,”Ja..ja..ja..di...di..di...Gima...ma...ma...n..nna dong?”
Kalau ada manusia yang mngklaim bahwa diri dan kelompoknya adalah yang insya allah akan selamat di akhirat lalu kemudian ternyata benar-benar berusaha keras untuk mengikuti tuntunan-Nya yang termaktub dalam al quran dan sunnah dan dia tidak peduli dengan apapun akibat bagi eksistensi dirinya didunia, maka bisa jadi dia memang yg akan selamat. Tapi kalu ada yang mengklaim bahwwa diri dan kelompoknyalah yg akan selamat di akhirat, semntara langkah perbuatannya cenderung berlawanan dengan tuntunan, khususnya jauh dari sifat RAHMAT, bahkan hanya menjadikan tuntunan al islam sebagai legitimasi perbuatannya, maka bisa jadi tu orang/kelompok hanya ingin meraih eksistensi di dunia. Secara Sadar atau tidak sadar.
Saudara2ku,....kamu ngga bisa meraih akhirat dengan cara mencari dunia. Namun percayalah, kamu tetap akan dapat meraih bagian dunia yang telah ditakdirkan bagimu meskipun tujuan dan amalmu hanya untuk meraih akhirat.
Tra la la, Jaka Sembung? sudah dulu ya, Ga nyambung? Ya, namanya juga ngoceh saja.
Ampuni kami ya allah.....

Jumat, 15 April 2011

antara iman dan keterdesakan


Kehidupan ini yang memang adalah ujian kerap kali menempatkan kita ke dalam situasi terjepit dan terdesak. Status darurat dalam hidup pun ditetapkan dan lalu segala alternatif penyelamatan diperhitungkan. Sebagian orang dalam situasi terjepit ini menjadi gelap mata lalu tak berpikir panjang dunia akhirat. Sehingga aturan hidup diterjang. Menempuh jalan yang haram. Semua dengan pembenaran bahwa ini darurat. Dengarlah cerita-cerita penjaja syahwat baik yang perempuan maupun lelaki. Ketika sempat ditanyakan mengapa mereka memilih pekerjaan tersebut, maka sebagian mereka menjawab karena himpitan ekonomi. Dan  kisah tentang para pencuri, atau kisah para pengemis, atau kisah2 lainnya seringkali mempunyai jawaban sama. Gelap mata karena terhimpit keadaan juga kerap terjadi pada suatu institusi bahkan negara. Terdesak menjadi alasan untuk menghalalkan segala cara. Ada pula sebagian dari yang menghalalkan segala cara berdalil dengan mengqiyaskannya seperti keadaan orang yg kelaparan dan tak menemukan makanan selain yang haram. Dari perkara makanan kemudian diperluas hingga perkara nafkah, rumahtangga, jabatan, politik dan lain-lain seluas-luasnya.
Benarkah segala alasan dan segala dalil mereka?tanyakanlah pada para ulama yg lurus(kalau ada yg lurus berarti ada juga yg tidak lurus). Sekedar mempertanyakan dari sisi inkonsistensi alasan,”mengapa setelah keadaan tidak lagi darurat,mereka masih berada pada jalan yang haram. Mengapa para penjaja syahwat itu setelah mendapatkan uang yang mencukupi untuk tidak terdesak lagi, mereka masih bekerja melacurkan dirinya. Mengapa setelah ada bank syariah, tetap masih setia berurusan dengan bank ribawi. Mengapa setelah penghasilan mencukupi untuk survive, masih tetap mempertahankan kerja di tempat penuh syubhat dan maksiat. Mengapa setelah berhasil masuk pemerintahan, masih ogah memperjuangkan dan menyuarakan islam sebagai jalan selamat. Padahal dahulu beralasan untuk menyelamatkan perjuangan. Mengapa para pengemis tak berhenti dari perbuatannya padahal tak sedikit dari mereka yang mendapat penghasilan lebih dari cukup setiap harinya. Mengapa masih berobat dengan obat haram padahal obat yang halal telah ditemukan. Dan sebagainya.
Mungkinkah, justru memilih sesuatu yang haram meskipun keadaan terdesak bukanlah sesuatu yang disukai disisi allah. Sehingga akibatnya rentetan masalah dan hilangnya keberkahan justru yang kerap menyambangi setelah keadaan tak lagi darurat. Lebih parahnya lagi, sebagian contoh kisah kehidupan menunjukkan bahwa  jalan haram yang telah ditempuh tak melepaskannya dari keadaan darurat sedikitpun. Contohnya para pencuri yang tertangkap, atau pelacur-pelacur yang terintimidasi para germonya, atau para penunggak kredit macet yang dibayangi beban bunga-berbunga dan  para debt collector. Mungkinkah bisa jadi dibolehkannya makan babi dalam keadaan kelaparan tak boleh diqiyaskan dan diperluas dalam bidang lainnya. Atau persoalannya justru pada sifat manusia yang rakus dan suka berlebih-lebihan sehingga setelah keadaan tak lagi darurat, dirinya justru menikmati keharamannya. Ya memang, daging babi lebih enak dari daging ayam.
Kisah nabi Ibrahim AS (bacanya:‘alaihi salam, bukan ‘amerika serikat) adalah kisah yang diabadikan allah swt sebagai pelajaran tentang hamba yang sangat dikasihi-Nya. Beliau tak meluntur idealisme keimanannya baik dalam kata maupun perbuatan meskipun dalam posisi terdesak total ketika beliau dibakar raja dan kaum yang ingkar. Bukan semata karena dia itu nabi sehingga kuat komitmennya. Toh ada pula kisah nabi Yunus AS  yang ditegur allah swt karena sempat meninggalkan komitmen dakwah. Adalah Ibrahim AS menjadi hamba Allah terkasih karena perkara kekokohan komitmennya terhadap allah yang tak dapat diusik keterdesakan apapun. Ada pula kisah ashabul ukhdud yang allah abadikan dalam al quran  yang berisi kisah tentang kaum beriman yang tak meluntur keimanannya meskipun harus mengorbankan jiwa raganya dalam parit api raja yang lalim. Betapa mereka mencintai dien-nya. Betapa Allah mencintai mereka. Keterdesakan, kiranya itulah diantara cara allah menilai hambanya. Now, how about you?

Kamis, 14 April 2011

Jaga ikhtilat dan tetaplah menundukkan pandangan.Malu dong sama Sayyid Quthb


Semakin tinggi derajat keimanan seseorang, semakin tinggi pula ujiannya. Mungkin itulah kalimat yang pas bagi Sayyid Quthb. Doa dan goresan pengalamannya memberi pelajaran bagi kita tentang arti keimanan yang sejati. Iman yang tak tergadai meski lautan dunia sudah siap menanti.

Kisah Heroik Sayyid Quthb: Ditolak Wanita Pujaan, Namun Bergeming Ditawari Pelacur

Kamis, 14/04/2011 14:26 WIB | sumber:www.eramuslim.com
Bayangkan di tengah ikhtiarnya untuk memperbaiki diri, ujian datang silih berganti. Sayyid Quthb yang baru saja ditolak cinta oleh pujaan hatinya untuk dipersunting menjadi istri, harus mengalami ujian sulit ketika sosok wanita cantik justru mengajaknya untuk berbuat haram lagi bersedia untuk ditiduri.
Kisah ini terjadi ketika Sayyid Quthb masih dalam perjalanan di atas kapal laut menuju Amerika, setelah ditugaskan Departemen Pendidikan Mesir meneliti di negeri Paman Sam tersebut.
Di atas kapal, orang-orang Amerika telah tahu keberadaan Sayyid. Iya, anak muda dari Kairo, pengarang buku Keadilan Sosial dalam Islam itu. Pemuda itu terkenal gigih akan perlawanannya terhadap Sekularisme, ia tidak menyetujui bahwa Agama dan Kehidupan haruslah terpisah.
Kaum Kuffar itu mengenali dengan jelas siapa pemuda berjas itu. Iya itu pasti Sayyid Quthb, tidak salah, gumam mereka. Sayyid Quthb yang terkenal seantero Mesir sebagai pemuda pintar dan soleh.
Kenapa mereka sampai ingin menjebak Sayyid Quthb? Sebab bagi bangsa jahili itu, Sayyid bisa berubah menjadi musuh Amerika setibanya di negeri Paman Sam. Didasari atas kekhawatiran itu, mereka tak hilang akal. Mereka tahu titik lemah pria pada umumnya, termasuk pria Mesir.
Orang-orang Amerika itu kemudian menyusun skenario untuk melumpunkan iman Sayyid. Mereka memperalat seorang wanita untuk membujuk dan merayunya hingga terjatuh di dalam lumpur kehina-dinaan. Hal ini justru terjadi setelah Sayyid bertekad untuk menjadi tentara Allah.
Setelah Sayyid berinteraksi dan benar-benar merasakan limpahan rahmat Allah hingga berkata: “Saya bermaksud menjadi orang kedua, yakni orang Islam yang loyal dan kukuh, dan Allah berkehendak menguji saya: apakah maksud dan niat saya ini benar, atau hanya sekedar bisikan hati saja?”
Ujian dari Allah kepadanya terjadi beberapa menit setelah Sayyid bertekad memilih jalan Islam, yakni ketika baru saja beliau memasuki kamarnya di atas kapal. Inilah ujian sesungguhnya. Ujian yang datang dari suara seseorang mengetuk pintu.
Sayyid Quthb lalu membukanya. Ia membuka pintu secara penuh ketabahan, sampai pada beberapa waktu, ternyata di hadapannya, telah berdiri seorang wanita cantik lagi semampai dan setengah telanjang dengan gaya merangsang. Sang wanita itu menyapa Sayyid lewat bahasa Inggris, "bolehkah saya menjadi tamu tuan malam ini?"
Sang Sayyid terperangah. Ia hampir saja kalap. Namun bukan Sayyid Quthb namanya jika tidak tahu bahwa inilah jawaban yang diberikan oleh Allah ketika ia betul-betul berjanji ingin memperbaiki diri.
Sang Sayyid lekas mengangkat kepalanya, lalu menolak rayuan wanita itu secara halus. Namun Wanita itu bergeming. Melihat gelagat kondisi tidak berubah ke arah lebih baik, Sayyid mengatakan, “Di kamar hanya ada satu tempat tidur, maaf.”
Namun sapanyanya, mendengar jawaban Sayyid, wanita itu semakin mendesak untuk masuk. Ia bak singa lapar ingin menerkam mangsa di hadapannya lewat tampilan sensual penuh godaan. Pada titik itulah, Sayyid bersikap lebih tegas, lewat iman yang teguh, ia mengusir sang wanita itu keluar menjauh dari kamar.
Beberapa saat kemudian wanita itu terjatuh di lantai papan. Saat itu, Sayyid sadar bahwa wanita itu sedang mabuk. Inilah gadis Amerika pada umumnya. Terbetik dalam hatinya, akan wanita solehah nun jauh di ujung Kairo sana.
Begitu lulus dari ujian yang pertama, Sayyid Quthb segera mengucap: “Alhamdulillah… saya merasa bangga dan bahagia, karena saya telah berhasil memerangi hawa nafsu. Dengan demikian nafsu itu berjalan di atas jalan tekad yang saya tentukan.”
Wanita itulah senjata pertama yang dirancang Amerika untuk menggoda dan meruntuhkan iman Sayyid. Akan tetapi, Allah lebih mengetahui ketetapan jalan yang beliau pilih, yakni jalan Allah, jalan keimanan, jalan cahaya Rabbani yang terang menyala-nyala hingga Allah memberinya taufik dan pertolongan dalam memenangkan ujian itu.
Namun bukan Amerika namanya jika masih belum jera memasukkan tiap muslim ke lubang galian mereka. Lagi, mereka kembali memperalat seorang gadis guna menaklukan iman Sayyid. Mereka menguntit dari satu universitas ke universitas lain setibanya Sayyid di Amerika dan mulai bergerilya meneliti kampus-kampus di sana.
Sampai suatu ketika, datang cobaan kedua menghampiri jiwa syahdu Sayyid. Kini, seorang wanita yang berdebat dengannya tentang perlunya free sex di Institut Keguruan di Colorado dan Galersi.
Wanita itu menjelasakan tentang indahnya kehidupan seks bebas beserta segala racun dunianya. Namun lagi-lagi, godaan itu hanyalah isapan jempol semata. Sayyid bergeming dan tidak tergoda akan kenikmatan dunia fana. Ia kembali lolos lubang dari durjana.
Sudah selesaikah ujian untuk Sayyid? Ternyata tidak. Cobaan ketiga itu datang dari seorang pegawai hotel yang dengan promosi cabulnya menawarkan hostes-hostes dan wanita-wanita cantik, baik yang masih polos maupun yang over acting. Sembari menahan beratnya ujian, Sayyid hanya tersentum dan menolak tawaran memikat itu.
Bayangkan itu semua terjadi di tengah kondisi negara bebas seperti Amerika dan dalam kondisi Sayyid sedang rindu akan sosok pendamping. Tak sedikit pemuda muslim terjebak berada di sana, hanya dalam waktu satu hingga dua bulan.
Padahal Sayyid berada di Amerika selama 2,5 tahun. Inilah hasil dari tarbiyah sejati dari seorang pecinta sejati, yang sejak kecil telah dididik oleh ibunya lewat untaian rabbani.
Hingga cobaan keempat itu kembali datang, kali ini seorang pemuda Arab yang mencoba mempengaruhi Sayyid dengan ceritanya tentang pergaulan bebas yang dilakukannya dengan wanita-wanita Amerika.
Pemuda itu menceritakan bak setan tengah mempengaruhi manusia untuk menjajal perilaku tercela, walau hanya sedetik berselimut syahwat jelata. Lagi-lagi, Sayyid bersyukur. Ia mengucapkan alhamdulillah, betapa Allah amat sayang kepadanya. Godaan demi godaan mampu ia tepis lewat sebongkah cahaya Iman yang terpatri dalam hati.
Ternyata itu bukan kasus terakhir, kali ini berasal dari seorang perawat ketika Sayyid sedang terbaring di rumah sakit. Perawat itu mendekati Sayyid yang tengah berbaring tak berdaya. Ia menceritakan kelebihan-kelebihan yang didamba oleh setiap laki-laki.
Juga upaya seorang mahasiswi untuk menghapus rasa jijik pada pikiran beliau terhadap hubungan seksual yang kotor. Ia menganggap bahwa hubungan seksual tidak lebih dari praktek hubungan biologis yang tidak ada alasan bagi seorang manusia untuk mencelanya, baik dari segi etika maupun lainnya.
Sekali lagi, iman Sayyid sangat tebal. Itulah kunci ia mampu menjadi pria sejati walaupun hingga akhir hayat ia tidak beristri. Kebathilan demi kebathilan tersebut, tak mampu menghanyutkannya kepada dunia. Subhanallah.
Itulah Sayyid Quthb yang kelak sepulangnya dari Amerika, beliau bergabung dengan barisan Ikhwan dan disebut-sebut sebagai ideologi kedua Ikhwan sekaligus mujahid yang tercecer darah syuhada dalam hidupnya. Semoga Allah memberikan menempatkan Asy Syahid Sayyid Quthb bersama kafilah Syuhada di jannah nanti. Allahuma amin. (pz)

Rabu, 13 April 2011

Aa gym (the untold story)


Tentang DT dan AA Gym
Berita terbaik bagi seorang jurnalis atau penulis adalah berita dari pengalaman langsung yang dialaminya. Pengalaman langsung inipun penulis alami berkaitan dengan ponpesnya Aa Gym yakni Daarut tauhiid.
Awalnya DT
Aku tak akan bicara tentang tanggal dan tempat. Aku akan bicara tentang perjalanan ghirah islam dari seseorang bernama Abdullah Gymnastiar.  Masa-masa awal pembangunan pesantren adalah masa penuh cita rasa keimanan, mujahadah, mahabbah, militansi, ghirah perjuangan. Subhanallah. Inilah kisah kenangan dari para mantan santri generasi awal. Masih teringat ketika itu para santri memasak nasi dengan menggunakan kaleng bekas. Atau kisah pendisiplinan berupa direndam dalam drum. Dan semua dinamika itu menjadi kisah manis dalam ma’rifatullah, mahabbatullah, menuju tercapainya qolbun salim. Dan semuanya tinggal kenangan.
Era 2000an
Semuanya hanya tinggal kenangan ketika kemudian ketenaran, simpati, dukungan, sokongan, meluasnya interaksi dengan berbagai kalangan seakan telah mengubah pola pikir Aa Gym. Aa Gym sendiri telah berkata kepada para santri yakni bahwa pola pikirnya tentang dakwah memang telah berubah semenjak tahun 2000. Entah apa yang terjadi pada tahun itu. Namun yang jelas Aa Gym berpandangan bahwa dakwah harus diperluas dengan memanfaatkan segala kekuatan dan merangkul segala kalangan. Karenanya secara tidak langsung sejak tahun tersebut beliau meninggalkan fungsi teknis didalam pesantren dan hanya menjadi simbol saja. Aa Gym memilih sibuk ceramah dan bergaul sana sini khususnya dengan kalangan elitis karena mungkin dianggapnya mereka orang-orang yang mempunyai kekuatan. Sehingga nyaris tiada waktu lowong kecuali saat tidurnya. Pengurusan pesantren diserahkan pada orang-orang dekatnya yang ternyata bukanlah orang-orang yang punya ghirah keislaman yang kokoh. Sebagian pengurus adalah mantan eksekutif diperusahaan besar. Akibatnya pesantren dipolakan ibarat sebuah perusahaan. Setiap departemen ada target pemasukan. Tujuan dan cara pendidikanpun makin tidak jelas. Bahkan pernah terjadi suatu program kesantrian yang dinamakan Santri Siap Guna yg dulunya menjadi tenar karena aksi-aksi amr ma’ruf nahy munkar, nyaris dibubarkan para elit pengurus yayasan karena mungkin tidak profit. Beruntung Aa Gym yang mengetahui hal ini mencegah pembubarannya. Selain itu persoalan internalpun kerap terjadi.
Ketika penulis menjadi santri, awalnya datang dengan husnudzan bahwa di pesantren ini akan menemukan ghirah perjuangan yang semakin menumbuhkan keimanan. Ternyata, hambar saja. Ajaran islam yang disampaikan tidak jelas ujung pangkalnya. Salah satu biang penyebabnya adalah keinginan agar DT dapat diterima semua orang.  DT mengalami kekacauan memilih segmen. Alih alih disukai banyak orang, yang terjadi adalah kehilangan dukungan orang-orang yang berghirah islam tinggi. Tak sedikit para ustadz generasi awal yang meninggalkan DT karena berbagai alasan. Adapun mereka yang kemudian mendekat, tinggallah kaum ammah yg hanya setia menjadi pendengar atau bahkan pencari penghidupan. Lalu ketika digerakkan, malas dan tersendat-sendat. Namun memang sosok Aa Gym adalah sosok sapu jagat yang dapat menyelesaikan masalah-masalah pesantren. Aa Gym tinggal ngomong, dan masalahpun selesai. Itu ketika peristiwa poligami belum muncul dan menjadi tsunaminya DT.
Era baru DT
Ini masa ketika peristiwa poligami terkuak. Publik terhenyak dan kecewa. Sebenarnya kecewanya sebagian besar fans AaGym menunjukkan bahwa inilah hasil dakwah beliau sejak berpola pikir baru tersebut(thn 2000an). Para mustami dan simpatisannya  adalah kalangan yang lebih terikat pada figuritas AaGym sendiri. Akibatnya, segala simbol DT dan AaGym menjadi sesuatu yg tidak disukai. Pengunjung jamaah ke pesantren menurun drastis. Perjanjian-perjanjian bisnis banyak yang dibatalkan. Karyawanpun sebagian besar harus di PHK. Perusahaan MQ milik AaGym mengalami persoalan serius. Lalu AaGym dan DTnya seakan jatuh ke titik minus. Dalam ceramah-ceramah berikutnya setelah peristiwa ini, Aa berulang kali mengungkapkan penyesalannya atas era pola pikir baru yang dipilihnya. Tentunya bukan menyesal sudah poligami.
Sampai sini sepertinya Aa gym dan DT telah belajar. Namun ini pelajaran yang sangat mahal. Sebagai sebuah konsekwensi kesalahan pemikiran dan pilihan.  Mudah-mudahan beliau dan lembaganya senantiasa diberi hidayah dan pertolongan untuk berada di jalan yang benar.
Tahun 2006 penulis sudah tidak lagi berada di DT. Hanya memantau dari media saja. Terakhir beritanya dari media adalah Aa Gym resmi bercerai dengan Teh Ninih. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Sampai sini penulis tak tahu apa hikmah perceraian ini bagi mereka dan bagi umat.
Sedikit nasihat dari analisa tentang penyebab kisah2 ini:
1.Hendaklah siapapun tidak memandang dirinya sebagai sesuatu yg istimewa yang menyebabkannya dirinya cenderung menutup diri terhadap masukan dan sering ngotot dengan pendapat diri sendiri.Dan sering pula orang yang memandang dirinya penting akan menjadi mudah tertipu oleh orang-orang yang penjilat.
2.Hendaknya siapapun mengutamakan tuntunan yang lurus. Dan tiadalah tuntunan lurus itu selain mengacu langsung kepada alquran dan sunnah. Dan dengarkanlah dengan sungguh-sungguh para ulama yang benar-benar menguasainya dan hidupnya LURUS sesuai tuntunan, yang menahan diri dari memperturutkan nafsu,yg tidak takut selain kepada allah.
3.Apa yg terjadi pada DT adalah sebuah sunatullah yang juga dapat terjadi pada muslimin lainnya yg memenuhi sebab2nya.
Mudah2an ada hikmah yg dapat hadirin dapatkan. Wallahu'alam bishawab.