Kamis, 21 April 2011

Antara SBY, M Syarief, dan KAMU


Entah takdir apakah yang telah membentuk seorang M.Syarief sang bomber polresta cirebon. Entah takdir apa yang telah membentuk seorang Hanung Bramantyo sang sutradara liberal. Entah takdir apa yang telah membentuk seorang Obama, Abu bakar ba’asyir, SBY, JUPE, Aku dan kamu juga mereka. Betapa kehidupan telah memainkan peranannya sedemikian rupa.
Apakah manusia berkuasa menentukan nasibnya sendiri? Ataukah manusia hanya berenang-renang dialiran takdir yang telah ditentukan baginya? Bila hati dan usaha manusia berperan dalam mengubah takdir, maka takdir yang manakah yang dapatdiubahnya? Sepanjang masa akan tetap terjadi silang pendapat atas hal ini. Namun yang aku yakini adalah bahwa ada takdir yang dapat dipengaruhi manusia baik dengan doa, kata-kata, dan apapun. Ini layaknya fungsi IF. Kalau kau berbuat A maka hasilnya A’ atau tetap A, atau bahkan Z. Rahasianya takdir, manusia tak tahu akan hasil usahanya, tidak tahu akan masa depannya. Maka lahirlah peribahasa, manusia berencanadan berusaha  tapi tuhanlah yang menentukan.
Ada pula takdir besar yang menyangkut semesta yang kiranya telah ditentukan untuk tak dapat diutak atik mahluk. Seperti misalnya kiamat, bencana besar, kedatangan para nabi, kedatangan dajjal, kedatangan berbagai tanda akhir zaman, ataupun tentang tahapan peradaban umat islam yang ternyata telah ditentukan mulai awal hingga akhirnya. Tapi bukan sekarang aku berceloteh tentang takdir besar. Aku hanya mau bicara soal M Syarief, Obama, SBY, Ba’asyir, mang Udel, Nyi Enok, Neng Tika Geulis, dan sakabeh dulur.
Takdir apakah yang telah membentuk tiap pribadi manusia. Apa yang membuat mereka menjadi pribadi seperti sekarang. Bila mau ditilik secara mendalam, selalu ada torehan takdir yang berpengaruh dalam diri tiap orang. Stephen R Covey dalam bukunya yang seven habits itu sangat bagus menerangkan soal berbagai latar belakang yang akan mempengaruhi respon terhadap stimulus yang terjadi dalam hidup.  Covey  menerangkan bahwa ada ruang antara stimulus dan respon yang memberikan manusia ruang untuk PROAKTIF menentukan tindakan terbaiknya. STIMULUSàRUANG JIWA UNTUK MEMILIH RESPONàRESPON. Hal itu benar. Tetapi bukankah karena takdir/stimulus tiap orang berbeda, maka tentu besar kemungkinan tindakan PROAKTIFnya pun berbeda dan hasilnya respon terbaiknya pun berbeda2. Pemikiran Covey tak sepenuhnya benar kalau memandang tindakan proaktif tiap orang akan menghasilkan respon terbaik yang serupa.
Just if,..Bagaimana seandainya M.Syarif ditakdirkan  terlahir dari keluarga yang berbeda. Dibesarkan dilingkungan berbeda. Bertemu dnegan orang-orang yang berbeda, dsb. Apa yang akan terjadi? Besar kemungkinan jalan hidupnya akan berbeda dan dia bukan M Syarief lagi. Atau bagaimana seandainya pak Beye sepuluh tahun yang lalu hanyalah pemulung kertas yang anak istrinya terpaksa hidup dibawah rumah kardus yang setiap hujan besar harus berganti kardus. Setiap hari mendapatkan uang hanya cukup untuk hidup sehari saja. Jangankan menyekolahkan anak ke sekolah favorit, bermimpi sekolah pun tidak berani. Tidak berani berharap. Karena harapan yang tak kesampaian bagai cambuk kehidupan. Sepertinya pak beye tak akan seperti sekarang. Dan tentu saja dia bukan pak beye.
Bagaimana jika engkau terlahir dari seorang psk. Bagaimana jika engkau ditakdirkan lemah pikiran. Bagaimana jika engkau ditakdirkan terlahir dari keluarga yang agamanya berbeda darimu saat ini. Bagaimana jika kau terlahir di USA, UK, Rusia, atau Saudi dan Libya. Bagaimana dan sungguh terlalu banyak bagaimana dan bagaimana seandainya.
Atau misalkan, hari ini kau ditakdirkan bisa tertawakan orang-orang idiot dari SLB. Bagaimana seandainya besok kau ditakdirkan celaka dan otakmu cedera sehingga tak mampu berpikir sedikitpun. Then,You are a bloody idiot. Atau misalkan hari ini kau ditakdirkan ini, bagaimana kau besok takdirmu itu.
Atau lagi,kau dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga muhammadiah. Atau lagi, kau dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga NU. Atau lagi, dari ormas dan agama lain.
Inilah maksudku, pahamilah keadaan orang lain. Tak semua keadaan mereka saat ini sebagai pilihan mutlak dari dirinya sendiri. Berapa banyaknya adalah efek takdir2 yg telah ditentukan Allah bagi mereka. Melangkah berinteraksi dengan siapapun yang bermula dari empati insyaallah akan menghasilkan lebih banyak kebaikan. Kebaikan dalam dakwah, kebaikan dalam jihad fi sabilillah, kebaikan dalam perjuangan menegakkan syariat allah di segala negeri, kebaikan dalam keimananmu sendiri terhadap allah swt.
Jangan mudah membenci meskipun kau sendiri dibenci mereka. Jangan mudah menghakimi meskipun kau sendiri menjadi bulan bulanan dihakimi mereka. Jangan mudah mengeksekusi meskipun kau sendiri dikejar-kejar untuk dieksekusi.
Rahmat allah tak datang bersama kebencian. Dakwah kita, jihad kita, janggut kita, hijab kita, senyum kita semuanya karena rahmah yang terjauh dari kebencian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bismillah