Selasa, 15 Agustus 2006, 07:09:37 WIB
Oleh: Asvi Warman Adam, Sejarawan LIPI
SEPUCUK surat melayang ke Istana Presiden, Juni lalu.
Surat itu datang dari Korps Cacat Veteran Republik Indonesia.
Isinya: meminta perhatian pemerintah.
Para veteran itu mencurahkan isi hati mereka. Karena, sejak
1994, satu potong tubuh pahlawan yang cacat dalam perang
kemerdekaan hanya dihargai Rp 22.000 per bulan. Merekamemohon perhatian yang lebih layak. Permohonan yang wajar.
Surat yang juga ditembuskan ke Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) itu jadi p embicaraan serius di LIPI. Sepucuk surat, segumpal keluhan, sekaligus sebuah cerminan nasib,bahwa belum semua orang merasakan kemerdekaan. Bahkan, bagi para veteran yang berjuang demi kemerdekaan sekali pun.
Sungguh sangat memilukan.
Pertanyaannya, apakah pemerintah tidak mampu memberikan
perhatian yang lebih layak. Bukankah usia para veteran itu
sekarang sudah 70 hingga 75 tahun, sehingga tidak perlu
memakan waktu lama untuk sekadar menyenangkan dan memberikan
penghargaan yang pantas.
Mereka adalah orang-orang tua kita yang ikut membantu
menegakkan berdirinya sebuah negara bernama Republik
Indonesia. Sangat wajar untuk sebuah penghargaan.
Tapi inilah raut muka negeri ini di usianya yang ke-61. Raut ironi yang tampak dimana -mana. Lihat saja, gaji dan tunjangan para anggota DPR, menteri atau anggota berbagai Komisi yang kini marak di Indonesia. Lalu, bandingkan dengan para veteran yang hanya dihargai Rp 22.000. Bahkan, anggota DPR diberi hingga 30 jutaan rupiah hanya untuk dana serap aspirasi. Padahal, kita belum merasakan hasil kerja para wakil rakyat itu. Inikah wajah negeri yang sudah merdeka 61 tahun. Beginikah sebuah negeri menghargai para veteran? Lalu dimanakah keadilan itu? Ketika sepucuk surat melayang ke Istana Presiden, kita pun tidak tahu, bagaimana nasib surat itu. Kita hanya bisa berharap, semoga ada titik cerah bagi para veteran ketika sinar kemerdekaan menyentuh usia ke-61.Sekadar harapan untuk sebuah keadilan. Maka, dengarkanlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bismillah