Sabtu, 09 April 2011

nasib veteran di RI


Suratan Nasib Veteran Melayang ke Istana
Selasa, 15 Agustus 2006, 07:09:37 WIB

Oleh: Asvi Warman Adam, Sejarawan LIPI
SEPUCUK surat me­la­yang ke Istana Pre­si­den, Juni lalu.
Surat itu datang dari Korps Ca­cat Veteran Republik Indonesia.
Isinya: me­minta perhatian pemerintah.
Para veteran itu mencurahkan isi hati mereka. Ka­rena, sejak
1994, satu potong tubuh pah­lawan yang cacat dalam perang
kemerdekaan ha­nya dihargai Rp 22.000 per bulan. Merekamemo­hon perhatian yang lebih layak. Per­­­mohonan yang wajar.

Surat yang juga ditembuskan ke Lembaga Il­mu PengetahuanIndonesia (LIPI) itu jadi p em­bicaraan serius di LIPI. Sepucuk surat, se­gum­pal keluhan, sekaligus sebuah cerminan nasib,bah­wa belum semua orang merasakan kemer­dekaan. Bahkan, bagi para veteran yang ber­juang demi kemerdekaan sekali pun.
Sungguh sangat memilukan.
Pertanyaannya, apakah pemerintah tidak mampu memberikan
perhatian yang lebih layak. Bukankah usia para veteran itu
sekarang sudah 70 hingga 75 tahun, sehingga tidak perlu
memakan waktu lama untuk sekadar menyenangkan dan memberikan
penghargaan yang pantas.
Mereka adalah orang-orang tua kita yang ikut membantu
menegakkan berdirinya se­buah negara bernama Republik
In­do­nesia. Sangat wajar untuk sebuah peng­­hargaan.
Tapi inilah raut muka negeri ini di usia­nya yang ke-61. Raut ironi yang tam­pak dimana -mana. Lihat saja, gaji dan tunjangan para anggota DPR, menteri atau anggota berbagai Komisi yang kini marak di Indonesia. Lalu, bandingkan dengan para veteran yang hanya dihargai Rp 22.000. Bahkan, anggota DPR diberi hingga 30 jutaan rupiah hanya untuk dana serap aspirasi. Padahal, kita be­lum me­rasakan hasil kerja para wakil rak­yat itu. Inikah wajah negeri yang sudah merdeka 61 tahun. Beginikah sebuah negeri menghargai para ve­te­ran? Lalu dimanakah keadilan itu? Ketika sepucuk surat melayang ke Istana Presiden, kita pun tidak tahu, bagaimana nasib surat itu. Kita hanya bisa berharap, semoga ada titik cerah bagi para veteran ketika sinar kemer­dekaan menyentuh usia ke-61.
Sekadar harapan untuk sebuah kea­di­lan. Maka, dengarkanlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bismillah